Pentingnya Imunisasi Anak untuk Cegah Penyakit

imunisasi anak

Imunisasi anak adalah salah satu tindakan kesehatan yang paling penting yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya.

Melansir dari laman Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, imunisasi anak adalah langkah yang diterapkan pemerintah untuk melawan penyakit menular melibatkan pemberian “vaksin”

Vaksin ini berupa mikroorganisme yang telah dinonaktifkan, yang bertujuan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini kemudian berperan dalam melindungi tubuh dari penyakit di masa depan.

Dengan memberikan vaksinasi tepat waktu, orang tua memberikan fondasi kesehatan yang kuat bagi anak-anak. Imunisasi bukan hanya tentang melindungi anak, tetapi juga mencegah penyebaran penyakit di masyarakat.

Terdapat berbagai jenis imunisasi anak yang wajib diberikan, mulai dari usia 0 bulan hingga 18 tahun. untuk lebih lengkapnya, simak ulasannya berikut ini!

Apa itu Imunisasi?

Imunisasi anak adalah tindakan yang menguatkan sistem pertahanan tubuh agar menjadi kebal terhadap serangan penyakit.

Tindakan ini menjadi langkah tepat untuk melindungi anak dari bakteri dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Untuk itu, dilakukan pemberian vaksinasi sebelum mikroorganisme tersebut berkesempatan menyerang tubuh kita.

Program imunisasi strategi yang bertujuan mencegah penyakit menular dengan memberikan vaksin kepada individu, sehingga tubuh anak menjadi tahan terhadap penyakit tertentu.

Jenis Imunisasi Anak

imunisasi anak

Terdapat jenis imunisasi anak yang harus diberikan oleh ibu sebagai imunisasi dasar, beserta manfaatnya:

1. Vaksin Hepatitis B

Vaksin ini diberikan dengan tujuan untuk melindungi anak dari penyakit hepatitis B, yang dapat menginfeksi dan merusak organ hati.

2. Vaksin BCG

Vaksin BCG digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC), yang kadang-kadang dapat berkembang menjadi meningitis.

3. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Vaksin kombinasi ini memberikan perlindungan terhadap tiga penyakit berbahaya: difteri, yang dapat menyumbat saluran napas; tetanus, penyakit saraf yang timbul dari luka terkontaminasi; dan pertusis, penyakit pernapasan yang menyebabkan batuk parah pada anak.

4. Vaksin Polio

Vaksin ini efektif dalam mencegah polio, penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

5. Vaksin Hib

Vaksin ini penting untuk melindungi anak dari infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe b (Hib), penyebab utama meningitis pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, serta infeksi di berbagai bagian tubuh seperti telinga, paru-paru, darah, kulit, dan persendian.

6. Vaksin MR (Campak dan Rubella)

Vaksin MR membantu melindungi anak-anak dari penyakit campak dan rubella.

Saat ini, kita juga perlu memperhatikan Vaksin COVID-19 untuk anak-anak, mengingat pandemi COVID-19 yang berdampak pada semua usia, termasuk anak-anak.

Imunisasi adalah langkah penting yang sebaiknya dimulai sejak dini, bahkan sejak anak lahir. Selama proses imunisasi, anak akan diberikan vaksin yang membantu melindungi mereka dari risiko infeksi atau penyakit tertentu, sehingga dapat mengurangi angka kejadian penyakit dan komplikasi serius.

Tujuan Imunisasi Anak

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2017, program imunisasi memiliki tujuan umum untuk mengurangi angka sakit, kecacatan, dan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi anak. Tujuan khusus dari program ini mencakup:

  • Mencapai cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
  • Mencapai Universal Child Immunization (UCI), yaitu persentase minimal 80% bayi yang mendapatkan IDL di setiap desa atau kelurahan.
  • Mencapai target imunisasi lanjutan pada anak di bawah dua tahun (baduta) dan pada anak usia sekolah dasar serta wanita usia subur (WUS).
  • Meminimalisir risiko penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi.
  • Memberikan perlindungan optimal kepada masyarakat terkait penyakit tertentu.
  • Menyelenggarakan pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis yang tepat, termasuk praktik penggunaan alat suntik yang aman dan manajemen pembuangan limbah medis.

Risiko Tidak Imunisasi Anak Secara Lengkap

Bagaimana jika imunisasi anak tidak lengkap? Ada beberapa risiko yang akan dialami, seperti:

1. Risiko Penyakit Serius

Tidak memberikan imunisasi pada anak meningkatkan risiko mereka untuk mengalami penyakit serius. Imunisasi sebagai cara efektif untuk melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya seperti tbc, campak, polio, difteri, pertusis, dan tetanus.

Ketika anak tidak diimunisasi, sistem kekebalan tubuh mereka tidak dilengkapi dengan perlindungan yang diberikan oleh vaksin.

Akibatnya, jika mereka terpapar dapat mengalami gejala yang parah, komplikasi, bahkan kematian dalam beberapa kasus. Imunisasi memiliki peran penting dalam mengurangi risiko penyakit stunting dan menjaga kesehatan anak.

2. Penyebaran Penyakit

Anak yang tidak diimunisasi dapat menjadi sumber penyebaran penyakit ke lingkungan sekitarnya, terutama di tempat seperti sekolah dan tempat bermain.

Hal ini dapat menyebabkan wabah penyakit yang membahayakan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, terutama bagi individu yang tidak dapat diimunisasi karena alasan medis.

3. Biaya Pengobatan Tinggi

Pengobatan dan perawatan medis untuk penyakit serius yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat mengakibatkan biaya yang sangat tinggi.

Penyakit seperti campak bisa menyebabkan komplikasi seperti pneumonia atau ensefalitis, yang memerlukan pengobatan intensif dan mahal. Selain itu, orang tua juga mungkin menghadapi kehilangan pendapatan akibat harus merawat anak yang sakit.

4. Penurunan Kualitas Hidup

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat mengganggu kualitas hidup anak dan keluarganya. Anak yang mengalami penyakit serius seperti polio atau campak bisa mengalami penderitaan yang berkepanjangan, bahkan kelumpuhan atau kematian.

Ini juga dapat mempengaruhi pendidikan dan interaksi sosial anak. Orang tua mungkin juga mengalami beban emosional dan finansial yang berat akibat penyakit yang dapat dicegah ini.

Waktu yang Tepat Pemberian Imunisasi Anak

imunisasi anak

Waktu yang tepat pemberian imunisasi anak terutama pada bayi baru lahir, berikut jadwalnya yang perlu sang ibu ketahui:

  • Hepatitis B: Vaksin hepatitis B diberikan dalam empat dosis. Dosis pertama diberikan dalam 24 jam setelah lahir jika berat badan bayi mencapai lebih dari 2000 gram. Dosis-dosis berikutnya diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan, dengan satu kali booster pada usia 18 bulan. Imunisasi hepatitis B juga dapat dilakukan bersama dengan imunisasi DPT.
  • Polio: Vaksin polio juga diberikan dalam empat dosis pada usia 0-1, 2, 3, dan 4 bulan, dengan satu kali booster pada usia 18 bulan.
  • BCG: Imunisasi dasar BCG hanya diberikan satu kali pada usia 0-1 bulan.
  • Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT): Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan, dengan dua kali booster pada usia 18 bulan dan 5-7 tahun.
  • Imunisasi Hib: Vaksin Hib diberikan tiga kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan, dengan satu kali booster pada usia 18 bulan.
  • Pneumokokus (PCV): Vaksinasi ini diberikan tiga kali pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dengan booster pada usia 12-15 bulan.
  • Rotavirus: Ada dua jenis vaksin rotavirus, monovalen dan pentavalen. Vaksin monovalen diberikan dua kali, dengan dosis pertama pada usia 6 minggu dan dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu hingga selesai pada usia 24 minggu.

Sementara itu, vaksin rotavirus pentavalen diberikan tiga kali, dengan dosis pertama pada 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4-10 minggu hingga selesai pada usia 32 minggu.

Selain itu, saat anak mencapai usia 6-12 bulan, beberapa imunisasi wajib tambahan meliputi:

  • Influenza: Pemberian vaksinasi influenza pertama kali dilakukan pada usia 6 bulan, dan kemudian diulang setahun sekali hingga usia 18 tahun.
  • Campak, Mumps, dan Rubella (MMR): Imunisasi MMR diberikan pada usia 9 bulan, dengan booster pada usia 18 bulan.
  • Japanese Encephalitis: Vaksin primer diberikan pada usia 9 bulan, dengan satu kali booster pada usia 2-3 tahun.

Ketika anak berusia 12-24 bulan, beberapa imunisasi dasar yang tetap penting adalah:

  • Varisela: Imunisasi varisela diberikan dua kali pada usia 12-15 bulan, dengan interval 6 pekan hingga 3 bulan.
  • Hepatitis A: Imunisasi hepatitis A diberikan dua kali pada usia 12-15 bulan, dengan jarak antara dosis pertama dan kedua sekitar 6-36 bulan.

Selanjutnya, untuk anak usia 2-18 tahun, beberapa jenis imunisasi wajib meliputi:

  • Tifoid: Imunisasi tifoid diberikan pada usia 2 tahun dan diulang setiap tiga tahun sekali hingga usia 5-18 tahun.
  • Human Papillomavirus (HPV): Imunisasi HPV diberikan dua kali pada usia 9-14 tahun, dengan jarak antara dosis pertama dan kedua sekitar 6-15 bulan.
  • Dengue: Imunisasi dengue diberikan tiga kali pada usia 9-16 tahun, dengan interval 6 bulan.

Itulah informasi seputar imunisasi anak, dengan bersama-sama menjalankan imunisasi, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi generasi mendatang. Ingatlah, pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Semoga bermanfaat!

Bagikan Halaman ini